Masa ketika menjalin
hubungan (red:pacaran) adalah masa indah bagi sebagian besar pasangan. Pada waktu itu
segala sesuatu terlihat indah dan menyenangkan. Masing² berusaha
untuk gak menimbulkan keributan ataupun pertengkaran. Meminjam
istilah anak² sekarang, jangan sampe galau karna pacaran. Pokoknya kalau bisa setiap hari ada komunikasi, tapi begitu memasuki dunia pernikahan,
terjadilah perubahan sedikit demi sedikit. Dulu yang gak mengalami
kesulitan berkomunikasi bahkan terkesan lancar, kini merasa bahwa
komunikasi menjadi macet dan berusaha menghindar bahkan terjadi sindir-menyindir ketika ada masalah.
Tapi setelah menikah, persoalan² yang
muncul membutuhkan keputusan. Pasangan mencoba untuk mengambil
kesepakatan, dan keputusan bersama ini harus dijalankan sehingga
mempengaruhi kehidupan rumah tangga karena keputusan ini bersifat
mengikat.
Maka gak heran kalau ada pasangan yang baru
menikah bilang, “Dulu dia gak begini. Gak pernah berdebat
panjang. Semua cocok² aja. Kenapa sekarang dia jadi begini?” Nah
loh!!
Banyaknya kasus dalam rumah tangga, entah itu perceraian,
perselingkuhan, ataupun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), bermula
dari komunikasi yang kurang baik dan efektif, yang memunculkan efek
salah paham dan ketegangan. Akibatnya terjadilah hal² yang dapat
membuat keretakan dalam rumah tangga.
Kurangnya komunikasi juga terjadi karena salah satu pihak gak lagi peduli dengan kondisi pasangannya yang mungkin saat itu sedang dalam situasi yang kurang menguntungkan, misalnya sang istri yang sedang di beri cobaan sakit parah, atau sang suami yang tiba² harus di PHK dari pekerjaannya. Terkadang kita menjadi “menghakimi” pasangan kita, bukannya justru mensupport mereka agar bangkit dan menjadi lebih baik.
Jangan salah, nyindir merupakan manifestasi dari ketidakberdayaan seseorang. Bila dijadikan pola berkomunikasi pun sama sekali gak efektif. Soalnya, ada psikolog Zainoel B. Biran yang akrab disapa Bang Noel ini bilang, menyindir muncul lantaran kita gak cukup terbiasa untuk bicara asertif. Artinya, kalau seseorang gak setuju terhadap apa yang dilakukan pasangan, dia gak bisa mengatakan sebagaimana adanya. Apa yang dia ingin kemukakan jadi gak tersampaikan karena cenderung bersikap agresif sambil menggunakan bahasa yang menyakitkan atau setidaknya menyudutkan.
Dengan kata lain, individu yang bersangkutan gak terbiasa menggunakan bahasa yang netral dan objektif. Kenapa bisa begitu? “Tak lain lantaran kalo ngomong langsung khawatir akan dianggap memojokkan pasangan atau disebut agresif yang dinilai sebagai bentuk ketidakpantasan di antara suami-istri. Bukankah di saat marah sekalipun kita selalu diajarkan untuk selalu berusaha mengendalikan diri dan bicara baik-baik? Bukannya malah menyindir!!”
Cobalah berbesar hati dan siap menerima apabila pasangan kita melakukan kesalahan dan memaafkannya, tentu saja komunikasikan permasalahan yang ada untuk menemukan solusi terbaik. Dengan cara komunikasi efektif, rumah tangga kita akan tetap harmonis. Walaupun badai pasti akan tetap datang, namun jika kita dan pasangan dapat bekerjasama dan berkomunikasi dalam mengatasi masalah, tentu kita bakal segera melewati badai dan menemukan cahaya matahari yang terang.
0 Comments:
Posting Komentar