PRJ ohhh PRJ

 Peristiwa ini berawal sejak pekan lalu, hari-hari pertama pembukaan Pesta Warga Jakarta dan sekitarnya di area Pekan Raya Jakarta (PRJ) terkait tarif parkir yang 'memaksa' on-street dengan dibandrol 50ribu per mobil oleh Petugas Parkir Illegal yang Bergaya 'Legal' oleh Ormas yang identik dengan suku Jakarta. You know them lah!


Sekilas tentang Ormas tersebut sebetulnya kalo kita telusuri di atas kertas memiliki nilai luhur, sebut saja salah satu tujuan ormas ini adalah:

Membina hubungan persaudaraan yg kokoh di antara sesama masyarakat
demi terciptanya kehidupan yg aman, nyaman, dan damai.

Nyatanya, banyak pihakyang terdholimi, salah satunya terkait parkiran
illegal tersebut, belum lagi nasib para pedagang yang berjualan di sepanjang Jalan Menara Angkasa Raya di luar area PRJ.



Akhirnya Kemarin (26/06) seperti diberitakan kompas, Ada pemandangan berbeda di seputar arena Pekan Raya Jakarta. Parkiran di badan jalan pada beberapa ruas jalan yang mengitari PRJ tidak lagi marak seperti sebelumnya. Demikian juga lalu lintas. Kemacetan di Jalan Menara Angkasa Raya dan Jalan Rajawali Selatan di sekitar pasar Gambir mampu dikurangi.

Hal ini tak lepas dari kehadiran empat pos polisi di dekat sejumlah titik utama. Bukan hanya pos, mobil patroli polisi juga terparkir di beberapa lokasi dan sesekali mengitari lokasi PRJ.

Pemicu penertiban yang agaknya terlambat ini disinyalir karena beberapa alasa genting berikut:
1. Parkiran di luar arena PRJ yang dikelola sejumlah ormas menyebabkan lalu lintas terganggu akibat parkir on street.

2. Pungutan parkir ilegalsudah di luar kewajaran. Apalagi, dalam pemantauan ada beberapa papan pengumuman "parkiran penuh" yang diletakkan di dekat gerbang-gerbang masuk JI Expo walaupun parkiran resmi di dalam arena PRJ masih kosong. Sebuah penipuan, bukan??

Bonus Kejadian yang membuat jengkel seperti dituliskan kompas >
TKP di Jalan Menara Angkasa Raya, jalan tempat gerbang-gerbang utama menuju ke arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kamis (16/6/2011).

"Walah, kayak garong," teriak seorang pengendara mobil sambil melarikan mobil secepatnya. Teriakan itu ditujukannya kepada dua petugas parkir berompi hijau yang sebelumnya terlihat menghadang jalan keluar mobilnya.

Keributan di Pintu 7 PRJ itu berawal saat petugas parkir meminta ongkos parkir sebesar Rp 50.000 kepada si pemilik mobil. Namun, si pengemudi menolak karena tagihan tersebut menurutnya tidak masuk di akal.


"Parkiran di dalam (PRJ) saja cuma Rp 15.000. Masa di sini lebih dari tiga kali lipat?" ujar sang pengemudi dengan nada tinggi. Ia lantas memberikan uang Rp 20.000 dan mencoba menjalankan mobilnya. Namun, seorang petugas parkir lain datang membantu temannya dengan menghadang jalan keluar mobil tersebut.


Beberapa teman mereka yang berpakaian seragam organisasi massa tertentu tampak ikut mendekat. Si pengemudi sempat bersikeras menolak, tetapi wanita yang duduk di sisinya terlihat memaksanya untuk memberikan jumlah uang yang diminta.


Ia pun kemudian menyerahkan selembar uang Rp 50.000 dan petugas parkir memberikan kepadanya kesempatan untuk keluar.
Pacar saya pun menceritakan ke saya kalau preman yang berlaga seperti tukang parkir disana meminta uang parkir dengan nilai besar sama ibu2...karna ibu2 itu gak mau ngasih, hampir aja ibu2 itu dipukul sama premannya....

Tolong Pemda DKI, open your eyes , lihatlah praktik-praktik mencemaskan yang dilakukan oknum ormas. Tanah DKI ini bukan milik kalian, saudara! ini titipan Tuhan yang diamanahkan kepada Negara Indonesia...

Premanisme ko dibiarkan ?? bikin emosi jiwa euy....
Jadi males rasanya untuk dateng ke PRJ.....sudah tidak senyaman dulu....


0 Comments:

Posting Komentar