14 Juli 2016, tepat 6 tahun saya
bertemu pertama kalinya dengan
suami tercinta. Dan di tanggal 20 Juli 2016 nanti adalah umur pernikahan
kami yang ke 3 tahun 9 bulan, hampir 4 tahun lah. Masih teringat pada hari Sabtu itu gimana deg-degan nya hati ini menanti para saksi berkata “SAH” ketika seseorang di samping saya selesai mengucapkan serangkaian
kalimat akad. Plong banget rasanya ketika dua orang saksi bergantian
mengucap kata sah :)
Dipikir-pikir, ternyata dari awal pacaran sampe sekarang we've been together for 6 years... what a long journey...
Perjalanan yang
katanya sih masih pendek, masih bisa
dihitung pakai jari tapi buat kami sangat penuh warna. Di
tahun ini rasanya kami mulai menyadari, kalau metabolisme badan kami,
jauh lebih woowww daripada pas kami baru nikah dulu. Dulu makan
banyak tapi perut masih bisa “agak” cepat kempes. Sekarang, baru makan
dikit aja, berat badan naik 2 kg, lalu perut bisa maju 5 cm. Hihihi.
Usia emang gak bisa bohong.
Anak? Belum ada :)
Pada awalnya, sama seperti sebagian besar pasangan muda, kami memutuskan untuk belum memikirkan memiliki anak. “Satu atau dua tahun dulu puas-puasin jalan-jalan, baru punya anak.”
Kebablasan? Mungkin juga.
Kebablasan atau gak, saya bersyukur kami gak terlalu cepat punya anak, karena kami jadi punya waktu dan kesempatan untuk berpikir. We’ll have kids for the right reasons, not because everyone is having kids.
Ujian pernikahan terkadang datang melalui berbagai hal, salah satunya dengan belum diberi momongan. Kalau udah begini, saya dan suami suka mengingat kembali komitmen awal pernikahan. Kami sebelum nikah beberapa kali membicarakan berbagai hal yang akan dilakukan jika kondisi buruk menimpa pernikahan, salah satunya adalah jika kami lama diberi momongan atau justru gak memiliki momongan. Saya sering tanya atau ngobrolin seputar hal ini lagi kalau kami sedang santai misalnya pas ngobrol-ngobrol sebelum tidur. Dan satu kalimat yang selalu saya ingat dari suami saya ketika saya belum hamil adalah “Aku nikahin kamu kan bukan cuma buat punya anak dari kamu”.
Hobi kami sama-sama suka travelling dan travelling bersama pasangan itu juga salah satu cara untuk lebih mendekatkan hubungan satu sama lain. Kalau saya sih yah sekalian hitung-hitung puas-puasin jalan-jalan bareng suami sebelum nantinya hamil dan punya anak yang mana waktunya akan habis untuk mengurus anak dan tumbuh kembangnya. Banyak yang iri melihat saya dan suami yang masih bisa travelling bareng, jalan kesana-kemari, kemana-mana leluasa tanpa ada yang bisa nyuruh pulang karena anak nangis dirumah, masih bisa beli barang ini-itu yang kita inginkan. Coba kalo punya anak, boro-boro mikirin beli baju baru buat di pake sendiri, yang ada apa-apa semua ke anak walaupun saya yakin rejeki anak pasti ada porsinya sendiri-sendiri. Banyak teman-teman kami gak mempunyai kesempatan itu.
Banyak yang bilang, masuk usia pernikahan 4 dan 5 tahun adalah stage bahaya pertama dalam
sebuah pernikahan. Di sini diuji apakah Anda dan pasangan cukup kuat
untuk terus bersama atau gak. Perjalanan kami gak mulus-mulus amat. Ada kalanya saya ingin berteriak
saking frustrasi dengan sifatnya. Dan saya yakin, dia pasti merasakan
hal yang sama.
4 tahun! Walau hidup kita masih pas-pasan, walo banyak mimpi yang masih
harus dikubur dulu dalam-dalam, kita punya sebuah cita-cita besar ya Yah. Semoga Allah membantu membuka jalan. Semoga Allah menyayangi
keluarga kecil kita. Semoga Allah memberkahi hidup kita.
3 bulan lagi tepat 4 tahun kami hidup bersama sebagai suami istri. Dan baru 1
tahunan ini kami hidup benar-benar sebagai keluarga inti mandiri, pisah dari orang tua. Pahit, manis, asam, asin, udah kita cobain walau umur pernikahan kami baru 4 tahun. The worst thing in our wedding life has passed. Never back forever.
Trus rencana nya 4 tahun nanti mau di rayain gak? Enggak!! Emang gak bikin perayaan khusus sih, gak ada surprise, gak ada kiriman bunga, apalagi wedding cake. Jauh- jauh lah itu .... Kasian ya! Lah wong suami saya orangnya gak bisa romantis. Intinya gak semua laki-laki yang punya karakter romantis bisa
melakukan hal-hal yang membuat hati pasangannya meleleh. Walau bagaimana
pun kepribadian laki-laki itu bisa berbeda satu sama lain. Dan
masing-masing juga punya kelebihan serta kekurangannya sendiri.
Gak perlu iri dengan sahabat atau teman yang pasangannya romantis.
Suami saya emang gak bisa menyiapkan candle light dinner seperti laki-laki lain yang nyiapin buat pasangannya, tapi saya bisa tetap bahagia bersama kamu :)
Romantis dan ga romantis itu bukan ukuran kebahagiaan pasangan kok. Banyak
pasangan yang ga romantis langgeng aja tuh seperti orang tua saya. Yang terpenting adalah pasangan memahami dan mau menerima kekurangan
masing-masing, komunikasi terjalin lancar dan tujuan pernikahan
tercapai.
Empat tahun..
Usia pernikahan yang masih seumur jagung (banget).
Biarpun suami (masih) gak romantis,
Biarpun body suami makin melar dan ga atletis lagi :))
Biarpun suami kadang cuma diem kalo istri nya lagi ngoceh panjang x lebar x tinggi,
Biarpun tiap malem istri masih suka gak biasa sama alunan ngorok nya suami,
Tapi…
Saya bersyukur karena..
Biarpun gak romantis tapi dia suami yang setia.
Gendut? Artinya doyan sama masakkan istri nya (Halah... masak cuma pas moment sahur aja bangga... hahaha)
Terima kasih atas 4 tahun yang penuh warna-warni, kadang tertawa, kadang menangis.
Like they say, marriage is always a work in progress.
Biarpun suami (masih) gak romantis,
Biarpun body suami makin melar dan ga atletis lagi :))
Biarpun suami kadang cuma diem kalo istri nya lagi ngoceh panjang x lebar x tinggi,
Biarpun tiap malem istri masih suka gak biasa sama alunan ngorok nya suami,
Tapi…
Saya bersyukur karena..
Biarpun gak romantis tapi dia suami yang setia.
Gendut? Artinya doyan sama masakkan istri nya (Halah... masak cuma pas moment sahur aja bangga... hahaha)
Terima kasih atas 4 tahun yang penuh warna-warni, kadang tertawa, kadang menangis.
Like they say, marriage is always a work in progress.
0 Comments:
Posting Komentar